Sabtu, 21 Mei 2016

UN Habitat Akan Diselenggarakan Di Surabaya

Usai sepekan melawat ke New York, Amerika Serikat, Jumat (21/5) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan penataan di kampung Kejawan lor, Bulak. Sebanyak 350 rumah di kampung  nelayan  itu  dicat  dengan  aneka warna. Bahkan, Risma ikut mengecat dinding rumah nelayan dengan warna hijau. Hal itu dilakukan  sebagai  persiapan  kunjungan 6.000 orang dari 183 negara pada Prepcom 3 for UN Habitat pada Juli mendatang
Kegiatan itu  bukan  hanya  dilakukan oleh pegawai pemkot melainkan kerja bakti dari seluruh warga setempat. Jajaran rumah yang  dilakukan  pengecatan  adalah  mulai jalan Kejawan Lor, masuk ke dalam hingga kampung dalam.
Bukan hanya itu di kam­pung  ini  juga  sudah  ada sentuhan penataan, jalan di kampung  itu  sudah  tidak berupa  tanah, http://harga.web.id/cek-tarif-telpon-im3-dan-cara-pendaftaran-paket.info tapi  sudah rapi  dipasang  dengan  paving. Penataan itu dengan aliran dana dari APBD. Wali  Kota  Sura­baya  Tri  Risma­harini mengata­kan  penataan kampong  nela­yan ini memang harus segera di­ la kukan. Tujuan­nya  adalah  untuk meningkatkan kualitas hidup warga kampung ne­layan.
 “Mereka ini harus kami  angkat  derajatnya, saya  ingin  mereka  terus ada di status middle low tapi  harus  diangkat  kemiddle up . Mereka itu ker­ja dari malam di laut, tapi dijual hanya dua ribuan, kan sayang,” kata Risma.
Wanita yang juga man­tan  kepala  Bappeko  itu menuturkan,  cara  yang bisa dilakukan adalah de­ngan  membawa  pembeli yang berstatus middle up ke kampung nelayan ini. Supaya mereka bisa mem­beli  hasil  tangkapan dan hasil olahannya dengan harga yang lebih  tinggi  pula. Oleh sebab itu dije­laskan Risma bah­wa  pemkot  harus bekerja keras untuk melakukan penataan. Ibu  dua  anak  ini  me­ngatakan,  saat  di  New York  kemarin  pihaknya sudah  memaparkan  kon­sep perkotaan yang ada di Surabaya.
 Dalam kesempa­ tan  itu,  pihaknya  juga sempat  ngobrol  dengan Wali Kota Barcelona. Dari diskusi itu banyak negara yang  meminta  persoalan perkotaan  diselesaikan semua  oleh  PBB.  Kalau hanya mengandalkan PBB, tentunya  tidak  akan  bisa mengatasi.
“Makanya  sebenarnya kita bisa menyele saikan­nya sendiri. Kita bisa me­ngatasi  masalah  itu  de­ngan masyarakat, asalkan warga masyarakat paham arah  pembangunan.  Dan mereka harus dipahamkan menghidupkan wisata itu bukan hanya tampilannya saja, tapi juga masyara­kat nya  dibenarnya min­dset nya,” tegas Risma.
Saat di forum itu, turut di sampaikan  bahwa  ke­mungkinan  tamu  yang akan datang di Surabaya akan  membeludak  lebih banyak dibandingkan ren­cana awal. Mulanya tamu yang diperkirakan datang hanya  2.500  orang.  Lalu bertambah menjadi 4.000 orang. Tapi dari forum itu disampaikan  lagi  jumlah peserta akan naik hingga 6.000  orang.  Oleh  sebab itu Surabaya juga diminta untuk mempersiapkan.
Tidak hanya itu, Risma mengatakan  forum  PBB itu  juga  mewanti  Risma untuk  bersiap  untuk  ke­ mungkinan terburuk ajang UN  Habitat  akhir  tahun nanti tidak akan diseleng­garakan di Quito, Equador.
Tapi bisa diselenggarakan di Surabaya. “Ini karena di Equador baru  saja  kena  bencana, jadi  mereka  sepertinya kurang siap. Bahkan peja­bat penting PBB saja mau­ nya  datang  di  Surabaya. Kemungkinan terburuknya UN Habitat juga diseleng­garakan   di   Surabaya,” pungkas Risma.

sumber: radar surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar