Usai sepekan melawat ke New York, Amerika Serikat, Jumat (21/5) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan penataan di kampung Kejawan lor, Bulak. Sebanyak 350 rumah di kampung nelayan itu dicat dengan aneka warna. Bahkan, Risma ikut mengecat dinding rumah nelayan dengan warna hijau. Hal itu dilakukan sebagai persiapan kunjungan 6.000 orang dari 183 negara pada Prepcom 3 for UN Habitat pada Juli mendatang
Kegiatan itu bukan hanya dilakukan oleh pegawai pemkot melainkan kerja bakti dari seluruh warga setempat. Jajaran rumah yang dilakukan pengecatan adalah mulai jalan Kejawan Lor, masuk ke dalam hingga kampung dalam.
Bukan hanya itu di kampung ini juga sudah ada sentuhan penataan, jalan di kampung itu sudah tidak berupa tanah, http://harga.web.id/cek-tarif-telpon-im3-dan-cara-pendaftaran-paket.info tapi sudah rapi dipasang dengan paving. Penataan itu dengan aliran dana dari APBD. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan penataan kampong nelayan ini memang harus segera di la kukan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup warga kampung nelayan.
“Mereka ini harus kami angkat derajatnya, saya ingin mereka terus ada di status middle low tapi harus diangkat kemiddle up . Mereka itu kerja dari malam di laut, tapi dijual hanya dua ribuan, kan sayang,” kata Risma.
Wanita yang juga mantan kepala Bappeko itu menuturkan, cara yang bisa dilakukan adalah dengan membawa pembeli yang berstatus middle up ke kampung nelayan ini. Supaya mereka bisa membeli hasil tangkapan dan hasil olahannya dengan harga yang lebih tinggi pula. Oleh sebab itu dijelaskan Risma bahwa pemkot harus bekerja keras untuk melakukan penataan. Ibu dua anak ini mengatakan, saat di New York kemarin pihaknya sudah memaparkan konsep perkotaan yang ada di Surabaya.
Dalam kesempa tan itu, pihaknya juga sempat ngobrol dengan Wali Kota Barcelona. Dari diskusi itu banyak negara yang meminta persoalan perkotaan diselesaikan semua oleh PBB. Kalau hanya mengandalkan PBB, tentunya tidak akan bisa mengatasi.
“Makanya sebenarnya kita bisa menyele saikannya sendiri. Kita bisa mengatasi masalah itu dengan masyarakat, asalkan warga masyarakat paham arah pembangunan. Dan mereka harus dipahamkan menghidupkan wisata itu bukan hanya tampilannya saja, tapi juga masyarakat nya dibenarnya mindset nya,” tegas Risma.
Saat di forum itu, turut di sampaikan bahwa kemungkinan tamu yang akan datang di Surabaya akan membeludak lebih banyak dibandingkan rencana awal. Mulanya tamu yang diperkirakan datang hanya 2.500 orang. Lalu bertambah menjadi 4.000 orang. Tapi dari forum itu disampaikan lagi jumlah peserta akan naik hingga 6.000 orang. Oleh sebab itu Surabaya juga diminta untuk mempersiapkan.
Tidak hanya itu, Risma mengatakan forum PBB itu juga mewanti Risma untuk bersiap untuk ke mungkinan terburuk ajang UN Habitat akhir tahun nanti tidak akan diselenggarakan di Quito, Equador.
Tapi bisa diselenggarakan di Surabaya. “Ini karena di Equador baru saja kena bencana, jadi mereka sepertinya kurang siap. Bahkan pejabat penting PBB saja mau nya datang di Surabaya. Kemungkinan terburuknya UN Habitat juga diselenggarakan di Surabaya,” pungkas Risma.
sumber: radar surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar